Rabu, 18 Agustus 2021

Konsep Buku Non Fiksi

 Konsep Buku Non Fiksi 

Tgl Pertemuan :  11 Agustus 2021

 Resum ke :  17 

Tema :  Konsep Buku Non Fiksi 

Nara Sumber :  Musiin,M.Pd. 

Moderator :  Mr. Bams 

Gelombang :  19 

Banyak pilihan untuk memikat seseorang agar faham dan mengerti isi pesan yang disampaikan melalui buku, dengan pilihan metode atau cara yang  tepat maka maksud dan tujuan akan tersampaikan sesuai dengan yang dikehendaki. 

Tema dalam Pelatihan Belajar Menulis  malam ini adalah Konsep Buku Non Fiksi, yanBg akan di sampaikan ibunda Musiin,M.Pd. yang memiliki segudang pengalaman dan aktif dalam keorganisasian serta dikawal sang Moderator handal Mr. Bams. 

Bu Iin panggilan akrab  bu Musiin, lahir di Kediri, hoby membaca buku, menulis, travelling  dan memasak. Pekerjaan guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri sejak tahun 1998 . Pendidikan SDN Kras I Kediri tahun 1977 – 1983, SMPN Kras dari tahun 1983-1986, SMAN 4 Kediri lulus tahun 1989. IKIP negeri Malang Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris  tahun 1989-1994. S2 di Universitas Negeri Surabaya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Satra mulai tahun 2006-2009. 

Mengawali Pelatihan,salam sapa terucapkan sang moderator Mr. Bams, ajakan do’a tak ketinggalkan wabil khusus untuk kesembuhan Om Jay, Aamiin. 

Pesan Spsialis Mr.Bams. untuk peserta  yang belum memberikan senyuman terbaik untuk seisi rumah, silahkan berikan senyuman agar semangat menggelora dalam diri serta orang-orang terkasih di sekeliling kita, jangan lupa siapkan minuman hangat, cemilan yang membuat  semakin rileks dimalam ini. 

Mengawali Materi Bunda Iin , tebar salam semoga  sehat,  kegiatan menulis menjadi berkah di di masa pandemi Covid-19 serta menjadi penguat imun tubuh dan ilmu yang kita peroleh  bermanfaat dunia sampai akhirat 

Alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8 yang mendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis dari Prof. Eko. dan telah berhasil dipajang bukunya di toko buku Gramedia secara online maupun offline. berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi. 

Bunda Iin mengatakan; Saya telah berhasil mengalahkan ketakutan dari diri saya sendiri. Ketakutan itu merendahkan potensi saya untuk menulis. Dan saya yakin Bapak Ibu pasti juga mampu menjadi PEMENANG  DENGAN MENERBITKAN TIDAK HANYA 1 buku namun puluhan buku. 

Lebih jauh bunda Iin menjelaskan ketakutan  yang saya rasakan ketika menulis buku adalah: 1. Takut tidak ada yang membaca. 
2. Takut ssalah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan. 
3. Merasa karya orang lain lebih bagus. 
Hal ini yang sering kali membuat saya konyol dengan hanya duduk berjam-jam di depan laptop, namun tidak menulis apapun. 

Akhirnya singgah di Kelas menulis Om Jay,bertemu banyak penulis pemula, pemateri hebat, salah satunya Prof Eko. serta cahaya untuk berkarya berasal dari diri saya sendiri. Awalnya minder menulis, menjadi berani menulis. Ternyata menulis sangat menyenangkan. 

Jika saya ibaratkan Prof. Eko itu sebagai Master  Chef  memberi banyak pilihan bahan masakan yang bisa diolah menjadi berbagai jenis hidangan. Menjatuhkan pilihan ada pada masing-masing peserta. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa kita peroleh di Prof EKOJI Channel. 

Seperti yang disampaikan Prof Eko, Bapak Ibu bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita,  atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Saya memiliki buku, Bapak Ibu juga memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum lahir.

 Ini dia pertanyaan yang sangat menusuk hati kita "IS THERE A BOOK INSIDE YOU?" Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. 

Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis  mengukir perjalanan  hidup kita. Jadi,  semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. 

Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian. 

Bapak Ibu yang hebat, menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS. 

Sebelum menulis buku, Bapak ibu harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis : Alasan saya ingin menjadi penulis adalah sebagai berikut: 
1. Mewariskan ilmu lewat buku. 
2. Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline. 3. Mengembangkan profesi sebagai seorang guru. 
Kutipan terkenal dari Imam  Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer menjadi penguat mengapa saya ingin menjadi penulis. 


Keinginan kuat  ternyata mengantarkan ke hukum tarik menarik di alam semesta ini. Hukum Tarik-Menarik dalam rahasia alam ini mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan 
Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni: 
1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) Contoh: Buku Pelajaran 
2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan 
3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara) 

Pola yang saya pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni Pola Klaster. 
Proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni 
1. Pratulis 
2. Menulis Draf 
3. Merevisi Draf 
4. Menyunting Naskah 
5. Menerbitkan 

Langkah Pertama  Pratulis 
1. Menentukan tema 
2. Menemukan ide 
3. Merencanakan jenis tulisan 
4. Mengumpulkan bahan tulisan 
5. Bertukar pikiran 
6. Menyusun daftar 
7. Meriset 
8. Membuat Mind Mapping 
9. Menyusun kerangka Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll. 

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya 
1. Pengalaman pribadi 
2. Pengalaman orang lain 
3. Berita di media massa 
4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram 
5. Imajinasi 
6. Mengamati lingkungan 
7. Perenungan 
8. Membaca buku Jadi semua hal bisa menjadi ide tulisan. 

Sekarang kembali ke buku yang saya tulis. Tema yang saya angkat di buku saya adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa,  mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020 Saya seorang guru Bahasa Inggris di SMP. 

Bapak Ibu pasti bertanya-tanya dari angin mana menulis tentang literasi digital. Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet. 
Referensi terdi r i dar i : 
1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ; 
2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ; 
3. Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ; 
4. Penemuan yang telah didapatkan. 
5. Pemikiran yang telah direnungkan 

Tahap berikutnya membuat kerangka.
Kerangka ini saya ajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan 
BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia 
A. Pembagian Generasi Pengguna Internet 
B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet 

BAB 2 Media Sosial 
A. Media Sosial 
B. UU ITE 
C. Kejahatan di Media Sosial 

BAB 3 Literasi Digital 
A. Pengertian 
B. Elemen 
C. Pengembangan 
D. Kerangka Literasi Digital 
E. Level Kompetensi Literasi Digital 
F. Manfaat 
G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi 
H. Kewargaan Digital 

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara 
A. Keluarga 
B. Sekolah 
C. Masyarakat 

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62 
A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia 
B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia 
C. Membangun Digital Mindset Warganet +62 

Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, saya mengikuti nasehat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau (https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be) 

Beliau juga akan memberikan materi kepada Bapak Ibu dan langkah beliau sangat mujarab Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis 

Berikut ini adalah anatomi sebuah buku non-fiksi. 
Anotomi Buku 
1. Halaman Judul 
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL) 
3. Halaman Daftar Isi 
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh) 
5. Halaman Prakata 
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL) 
7. Bagian /Bab 
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL) 
9. Halaman Glosarium 
10. Halaman Daftar Pustaka 
11. Halaman Indeks 
12. Halaman Tentang Penulis 

Mengapa anatomi buku ini harus ada? 
Jika nanti Bapak Ibu mengikuti ujian sertifikasi penulis, Bapak Ibu akan ditanya seputar anatomi buku. Seandainya Bapak Ibu memakai jalur portofolio, buku yang Bapak Ibu tulis pasti akan dilihat anatomi bukunya. 

Langkah kedua 
Menulis Draf 
1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas 
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan 

Langkah ketiga 
Merevisi Draf 
1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian 
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah. 

Langkah keempat 
Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI) 
1. Ejaan 
2. Tata bahasa 
3. Diksi 
4. Data dan fakta 
5. Legalitas dan norma KBBI online sangat membantu penulis dalam menyunting naskah. 

Langkah kelima atau terakhir adalah MENERBITKAN. 
Bagaimana dengan hambatan-hambatan dalam menulis? Pasti ada Bapak Ibu. Kalau lewat jalan mulus tidak berlobang pasti mengantuk. Jadi ya harus bertemu dengan aral dan rintangan. 

Hambatan-hambatan dalam menulis 
1. Hambatan waktu 
2. Hambatan kreativitas 
3. Hambatan teknis 
4. Hambatan tujuan 
5. Hambatan psikologis 

Bagaimana cara mengatasinya? 
1. Banyak membaca 
2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber. 
3. Disiplin menulis setiap hari. 
4. Pergi ke pasar dan memasak. 
Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (kebetulan saya hobi memasak) 

Penutup, masakan terasa lezat manakala racikan bumbu ditakar secara tepat, kopi terasa nikmat manakala seduhan dan paduan kopi dan gulanya pas, begitu juga sebuah buku akan terasa lezat dan nikmat serta merasa ketagihan manakala sestematika di sajikan porposional, selalu mengedepankan pikiran dan ide progresif, tata penulisan tidak mengabaikan KBBI dan PUEBI, Semoga kita bisa membuat buku, meracik, sekaligus menyajikan dengan baik. 

Sragen, 18 Agustus 2021.

4 komentar:

  1. Bagus pak resumenya, ulasannya lengkap. Semoga segera terbit menjadi buku. Semangat dan salam literasi

    BalasHapus
  2. Selalu cepatcdan memukau. Bungkus yuk menjadi buku. Semangat!

    BalasHapus
  3. Mantap dgn gaya bahasa sendiri, diulas dengan tuntas.

    BalasHapus
  4. Semoga resume nya memotivasi kita semua

    BalasHapus

Menulis Semudah Ceplok Telor

 Menulis Semudah Ceplok Telor  Tgl Pertemuan:  17 September 2021  Resum ke :  30  Tema :  Menulis Semudah Ceplok Telor  Nara Sumber :...